Jumat, 06 Agustus 2010

LANGIT ITU BIRU

Liburan nggak punya uang, rasanya seperti pisang tanpa kulit. Kalo dibiarkan terbuka terlalu lama pasti akan membusuk. Ya iya gimana gak busuk, nggak ada sesuatu hal yang bermanfaat yang dapat dilakukan. Nggak ada pemasukan untuk masa depan. Gue gampang banget buang-buang uang, padahal nyokap bokap berusaha mencari setengah mati. Dengan gampangnya gue meminta, dan lebih parahnya lagi gue gunakan untuk hal yang nggak berguna sama sekali. Demi sebuah benda yang digunakan untuk mempercantik diri. Oh God, betapa bodohnya gue. Dan sekarang gue malu untuk menadahkan tangan lagi, walaupun mereka orang tua gue, tapi jujur gue malu. 21 tahun mereka ngerawat gue, tentu saja perawatan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Masih bayi, mama udah menyiapkan baju, popok, handuk, makanan bayi. Beranjak sekolah gue butuh buku tulis, tas sekolah, baju seragam, mengawali dunia perkuliahan gue butuh baju baru, tas, alat make-up. Semua itu hanya bisa terbeli dengan yang namanya uang!

Kalo dikumpulin, biaya hidup gue selama 21 tahun bisa membeli gedung sekolah (mungkin...). Gue yakin yang namanya orang tua pasti nggak akan menuntut balas budi, gue yakin mereka ikhlas memberinya. Tapi gue ngerasa malu, selama 21 tahun itu gue udah banyak meminta, dan sekarang masih minta, mau ditaro mana muka gue? ha?

Mereka bilang, gue harus sekolah yang bener, jangan kebanyakan main, lebih memprioritaskan hal yang berguna. Kalo diomongin doang sih rasanya gampang ya, ngelakuinnya yang susah. Seperti setan yang menggoda orang di saat puasa. Pengennya puasa pol dengan ngelakuin hal baik dalam sehari, tapi ada aja godaanya. Entah nafsu pengen marah, nafsu lapar dan haus, nafsu ngomongin orang dan lain-lain yang tentu saja bisa mengurangi nilai puasa. Ya itu, niatnya lebih memprioritaskan hal yang berguna, mau nabung untuk masa depan, eh tiba-tiba ditengah jalan, kegoda pengen beli sesuatu yang nilai nya gak terlalu penting. Akhirnya uang tabungan lari ke tangan orang lain. Niat gue untuk nabung tidak dapat terealisasikan. Malah mungkin, uang yang niatnya mau gue tabung untuk sendiri, menjadi tabungan masa depan untuk orang lain. Yaps, orang itu menjual sesuatu tentu saja untuk mengumpulkan uang kembali, dan uang gue sekarang jatuh ketangannya, semoga penjual itu bisa lebih menggunakan uang dari tangan gue untuk hal yang lebih bermanfaat dari yang gue lakukan.

21 tahun gue masih belum jadi apa-apa. Masih belum punya nama, punya identitas, dan prioritas tinggi. Ibarat tangga, gue masih dianak tangganya. Berharapa jadi sukses itu pasti. Kalo cuma berharap tanpa tindakan tidak ada yang namanya kesuksesan. Untuk sukses perlu usaha, usaha tanpa doa nggak akan ada apa-apanya. Begitupun sebaliknya jangan kebanyakan doa tanpa usaha. Dan boleh mungkin sesekali kita berharap jadi orang yang selalu beruntung. Walaupun kesuksesan itu tidak sebesar yang diharapkan, namun apabila kamu mampu melakukan proses unttuk menuju sukses, itu sudah merupakan kesuksesan yang nilainya tidak dapat diukur dengan apapun. Proses juga merupakan peran penting dalam sebuah kesuksesan. Proses adalah jalan. Dalam sebuah proses, kita bisa nemukan jalan tanjakan, jalan menurun, jalan berkelok, jalan licin, atau mungkin jalan buntu. Tidak apa-apa, itu hal yang alami. Untuk menjadi sukses pasti kita akan menemukan hambatan, anggap saja hambatan itu merupakan tantangan. Tantangan yang dapat dilalui dengan baik akan menimbulkan rasa puas dan akhirnya kita merasa diri kita telah mencapai kesuksesan.

Tenang, selama langit itu masih biru, kita masih punya harapan. Langit yang biru menandakan hari yang cerah. Semoga hari-hari kita selalu diliputi kecerahan. amin.

keep strugle!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah mampir di blog saya :)