Sabtu, 27 Februari 2010

she is a lucky girl

Semua orang pasti punya mimpi, begitupun juga aku.

Hmmm.. setahun yang lalu, aku dapat kabar dari sahabatku tersayang bernama Zulfa Nadia (maaf ya aku ekspose jupa!) bahwa dia akan ke korea untuk study exchange (pertukaran pelajar). Saat mendapat kabar tersebut, aku terkejut. Hanya satu yang aku ucapkan saat itu "Hebat!". Bagi sebagian orang, pergi ke luar negeri untuk belajar ataupun hanya jalan-jalan merupakan impian semua orang. She is a lucky girl, pikirku. Zulfa berada disana untuk 1 tahun. InsyaAllah agustus tahun ini balik ke Jakarta.

Kemudian, seminggu yang lalu. Sahabat SMA ku Mory Chairani mendapat kesempatan untuk pergi ke Thailand selama 4 hari. Dia bersama teman-teman kantornya pergi ke sana secara Free Pay karen ada urusan kantor! bebas biaya penerbangan dan biaya makan disana. Oh my God, she is a lucky girl too! "Kalo gak dibiayain kantor put, gue juga gak akan bisa pergi kesana put!" serunya padaku saat main ke rumah seminggu sebelum keberangkatannya.

Saat buka-buka facebook, ternyata beberapa teman-teman SMP ku banyak yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar. Talita yang ke Jerman mengambil Teknik industri dan Inez yang ke Korea karena mengambil jurusan sastra korea.

Tidak perlu jauh-jauh. Aku salut dengan kakak sepupuku yang bekerja di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bekerjasama dengan perusahaan luar negeri. Beberapa kali dia di kirim ke Luar negeri untuk menjadi juru bicara. Terakhir kemarin, ia pergi ke Thailand. Salutnya diriku, dia pergi dengan uang pribadinya sendiri. Mamanya pasti bagga sekali dengannya. Aku saja yang hanya saudara sepupu begitu sangat mengaguminya. Dia bisa membiayai kuliahnya sendiri, menikah dengan tabungannya sendiri. Ia tak perlu menyusahkan kedua orang tuanya.

Mereka adalah orang-orang yang beruntung, tentu saja hebat. Mimpi mereka mungkin telah terwujud. Terlintas di pikiranku, andai aku seperti mereka. Aku pun juga mempunyai mimpi seperti mereka, namun kesempatan baik belum mengarah padaku. Aku juga ingin sekali ke Korea, menikmati dinginnya butiran salju dan tentu saja bertemu dengan orang-orang sipit. hihi.. Bukan hanya itu, budaya disana bagus, bangunan-bangunan kunonya juga. Aku hanya bisa melihatnya di layar televisi yang menayangkan "expedition to korea" disalah satu stasiun televisi swasta. Perjalanan ke luar negeri merupakan suatu pengalaman bagi semua orang, tentunya para pelajar yang belum pernah menginjakkan kaki di sana.

Allah, andai saja kesempatan itu datang padaku. Andai saja kesempatan itu bisa jatuh ke tanganku. Mungkinkan aku mewujudkan mimpi itu? menginjakkan kaki di Korea?? orangtua ku mungkin belum cukup untuk memberangkatkan aku ke sana. Aku bermimpi, bisa lulus kuliah tepat waktu, bisa bekerja di sebuah departemen pemerintah, bisa membahagiakan kedua orangtuaku dan aku bisa ke korea dengan hasil jerih payahku sendiri. Aku pun juga ingin orang-orang berkata "She is a Lucky girl!"

amin...


Jumat, 26 Februari 2010

sepatah 2 patah kata

Teman, semenjak liburan semester ganjil ini, aku jadi sering tidur malam. Mata jadi sulit terpejam karena keesokan harinya tak ada tuntutan untuk bangun pagi. Mungkin beginilah hari-hari sang pengangguran. Tidak ada tuntutan kerja yang menyiksa dan tidak mendapatkan tekanan dari atasan. Penganguran itu seperti tidak menghargai waktu dan diri sendiri. Bayangkan saja, setiap harinya hanya diisi dengan hal-hal yang tidak membuahkan hasil karena tidak ada sesuatu hal yang dikerjakan. Satu hal yang aku takutkan, aku menjadi pengangguran! dan aku takut gagal! Aku takut tidak bisa mewujudkan harapan dan cita-cita orang yang telah berharap lebih pada diriku.

Aku pernah mendapatkan sebuah pesan singkat dari seorang teman lama, berinisial H. Seorang teman yang pernah berarti dalam hidup. Dia berpesan

"Kemajuan seseorang ditentukan oleh kemauan kita, pola pikir yang kita tanamkan harus yang bisa memotivasi kita, jangan berpikir pada ketakutan akan kegagalan, karena akhirnya kita akan gagal beneran . . . ."

Kadang, teori dan praktek memang bertolak belakang. Mungkin pesan tersebut sulit untuk aku lakukan, sangat sulit karena aku hanya manusia biasa. Tetapi, aku jadi menerawang lebih jauh lagi. Inilah hidup, hidup itu pilihan. Dan kita harus berani mengambil keputusan pada pilihan-pilihan tersebut. Dan juga harus berani mengambil resiko yang ada. Karena jika kita tidak berani mengambil resiko itu, lebih baik kita tak perlu hidup! Aku tak perlu takut lagi untuk menjadi seorang pengangguran, karena dalam hidup ini sebenarnya kita tak pernah menganggur, kita hanya diberi kesempatan untuk bisa menilai dan instropeksi atas kemampuan diri. Diberi kesempatan untuk berkaca, sudah seberapa baikkah kinerja kita pada sesuatu yang dilakukan. Dan sebaiknya kita tak perlu takut akan sebuah kegagalan, karena kegagalan itu merupakan kesuksesan yang tertunda. Tentu saja pepatah tersebut secara logika benar adanya. Jika seorang pernah merasakan gagal, dia akan berusaha tidak gagal untuk yang kedua kalinya.

Pesan tersebut yang selalu mengingatkan bahwa aku harus bisa menunjukkan pada semua orang bahwa aku bisa mewujudkan harapan dan doa mereka semua. Semua trauma dan ketakutan hanya ada di pikiran kita. Singkirkanlah dengan doa dan ibadah.

have a great day!

Kamis, 25 Februari 2010

KITA

hey guys! malam ini ada sedikit pikiran yang mengganjal di otakku. Tentang orang yang dekat sekali denganku sejak kecil, dia adikku, panggil aja si D. Aku dan dia memang berbeda, sangat berbeda. Dia cerewet, aku agak kalem. Dia memiliki kulit yang putih, aku kuning langsat. Dia kurus, aku agak sedikit gemuk.

Hmmm... let's talk about love! Di satu sisi, aku sempat iri dengan D, karena setiap menjalin hubungan dengan seseorang selalu awet dan terlihat bahagia. Sedangkan aku merasa jadi orang yang mungkin sering dikasihani teman-teman karena sulit mendapat pacar. Bukan karena tidak ada yang mau, tetapi aku melihat masalah ada pada diriku sendiri, aku terlalu pemilih!

Tapi, kalo dipikir-pikir, aku merasa lebih beruntung dari D. Setelah putus dengan si R, dia agak sedikit murung. Aku mengikuti perjalanan cinta mereka. Mulai dari awal R nembak D, saat ulang tahun D yang ke -17 di rumah. Pada saat itu juga D menerima R. Mereka dekat sudah cukup lama. Awalnya hanya teman biasa, yang iseng saling memanggil "Laki-binian". Kemudian saling sms-an. Apalagi mereka satu sekolah, intensitas bertemu lebih sering. Sampai pada akhirnya R putus dengan D dengan alasan orang tua R kurang setuju mereka pacaran. Tragis memang, sempet sebel juga sih, kenapa R bisa tega-teganya menyakiti hati D. Sejak D putus dengan R, tak henti-hentinya D menangis, lebih terlihat murung, dan mungkin tak menyangka. Rasanya pasti sakit banget! Kalo diingat-ingat D sering sekali disakiti, mantan-mantannya yang terdahulu juga begitu. Mereka dengan seenak jidat mengambil keputusan se.ihak, tanpa tahu perasaan orang yang disakiti. Tetapi kemudian aku sempat berkaca pada diri. Sempat menyesali perbuatanku pada seseorang. Aku juga pernah melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan R. Seseorang itu sangat sakit hati hingga tak ingin mengenalku lagi. Berulang kali aku mengucapkan maaf, tapi selalu diacuhkan olehnya. Kenapa akibat dari semua yang kulakukan malah terjadi pada D? Apa mungkin karma itu benar adanya? Mungkin bukan ke aku jatuhnya, namun ke D. Ya Allah, kasihan si D. aku enggak ingin melihatnya sedih seperti itu. Apalagi setelah aku membaca curhatan di blognya. Ternyata R sudah memilih orang lain untuk mengisi hari-harinya. Disana tertulis, perempuan yang sedang di dekati R, lebih cantik, lebih pintar, lebih sopan, tentunya lebih menarik dari D. Sedih nge-bacanya. Mungkin aku menangisi seseorang karena aku tak pernah memilikinya. Aku sempat sangat menyukai seseorang namun ternyata dia lebih memilih orang lain. Sedangkan D menangisi seseorang karena orang itu bukan lagi miliknya. Sedih, kita sama-sama menangis dengan alasan yang berbeda. Namun sama-sama menangisi orang yang disayang.

Sebenarnya kata "memiliki" disini salah. Hanya Allah swt yang memiliki segalanya, termasuk orang-orang yang aku dan D sayang (tentu saja beda orang). Tuhan, Kau sedang menguji perasaan kamikah? Tolong, jangan D yang sakit, biar aku saja yang sakit. Aku tak ingin melihat D sakit lagi. InsyaAllah aku berjanji tak akan menyakiti perasaan orang lagi. Memang benar kata orang, kalo tak ingin disakiti, jangan pernah menyakiti. Karena kita hidup untuk berbagi. Ternyata, doa aku dan D panjatkan untuk orang yang kita sayang sama yaitu "Tuhan, biarkan dia bahagia dengan orang lain disana." Hal itu sempat tertulis di blog-nya D.

Hanya satu yang ingin aku sampaikan pada D.
D sayang, mungkin kita tak mendapatkan kebahagiaan dengan orang ini pada saat ini. Mungkin Allah sudah memberikan orang lain atau mungkin orang yang sama namun di kesempatan berbeda. Semoga saja, kita bisa menjadi orang yang sabar menunggu kesempatan itu datang. Suatu hari kita akan menjadi orang yang paling bahagia diantara yang lain.

mungkin lagu ini cocok untuk kita :


Karna kita - Monty Tiwa

Bila esok datang dan kau masihkah disisi,disini menanti isi hati ini
jika kau temukan jalanmu lagi kembali

Disini dihati yang menati kini


Karena kita ingin mencintai

ingin dicintai
sepenuh hati

sepenuh mati

hey...

Bila hati satu jangan ragu
disini tempatmu lupakan masa lalu itu

Karena kita ingin mencintai
ingin dicintai

sepenuh hati
sepenuh mati

hey…



Check this Out !


http://www.4shared.com/file/93891467/e9959e43/06_Karna_Kita_-_Monty_Tiwa.html

Rabu, 24 Februari 2010

From Zero (NOL)

Kalian pernah merasa tidak di anggap? teman, sahabat, bahkan keluarga meremehkan kemampuan yang kita miliki? Dianggap tidak berkompeten di bidang apapun. Hal itu terjadi karena kita belum jadi siapa-siapa. Coba lihat kalangan artis, kalangan pejabat, kalangan orang pintar, kalangan seni, kalangan penulis, dan kalangan lain yang telah memilih diri mereka menjadi apa. Kalangan tersebut dikenal, dihormati, dibanggakan atas kemampuan mereka sendiri. Seseorang akan dianggap ada kehadirannya apabila telah memiliki sesuatu hal yang patut dibanggakan. Entah harta, wibawa, jabatan, pekerjaan, dan keahlian.

Orang lain hanya melihat kita setelah kita menjadi orang hebat. Tetapi apakah mereka melihat prosesnya? Seorang presiden pun memulai karirnya pasti dari bawah. dari NOL. Mulai dari belajar ditingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga masuk ke perguruan tinggi. Hingga akhirnya kita mengenal sosok beliau sebagai seorang Presiden. Dokter, juga merintis karirnya dari NOL. Belajar 5-7 tahun untuk menyandang gelar sebagai dokter, yang akhirnya profesi ini sangat dimuliakan oleh orang banyak. Bahkan jurusan kedokteran di berbagai universitas banyak diminati. Aktor/ Aktris, harus beberapa kali ikut casting film untuk bisa menjadi pemain utama di sebuah judul film ataupun sinetron, sehingga nama dan wajah mereka di kenal masyarakat.

Saya yakin, semua orang harus memulai dari bawah. Dari seseorang yang bodoh, lemah, tidak berpendirian, tidak kaya, tidak pandai berbahasa bisa menjadi orang hebat! Semua butuh proses, semua butuh belajar. In this world nothing is imposible, right? Mungkin nasib juga bermain peran disini. Ada orang pintar namun ternyata tidak sukses dalam bidang pekerjaannya karena tidak memiliki keahlian bekerja. Sebaliknya, ada orang yang tidak begitu pandai, namun karena memiliki banyak teman, kerabat, dia dapat mudah sekali mendapatkan pekerjaan dan mudah beradaptasi dengan pekerjaan tersebut sehingga akhirnya bisa di bilang sukses. Saya pernah membaca sebuah ayat Al-Quran yang berbunyi "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga kaum itu mau merubah keadaanya sendiri". Maksud ayat disini ialah, nasib seseorang, bisa di rubah apabila dari dalam diri kita, berniat atau mau mengubah nasib itu sendiri. Misalnya saja, orang yang tidak pintar dalam bidang matematika untuk bisa menjadi master matematika haruslah mau belajar, bekerja keras, dan berdoa untuk dapat menjadi seorang yang pandai matematika. Oleh karena itulah, disini kita di tuntut juga untuk mau bergerak, bukan hanya memimpikan sesuatu tanpa di barengi dengan usaha. Kita boleh saja bermimpi yang tinggi karena mimpi itu ialah kunci dari kesuksesan. Jika mimpi itu ingin terwujud, tentu saja kita harus menggapainya bukan? Menggapai mimpi itu tidaklah mudah, butuh perjuangan. Kita akan merasakan kerasnya kerikil, jatuh bangunnya dalam sebuah perjalanan menuju mimpi itu. Hal itu wajar, seseorang oleh Allah swt di beri nikmat yang beragam, entah nikmat rejeki, nikmat iman, nikmat sehat. Disamping itu, kita juga di berikan ujian. Anggaplah untuk menggapai mimpi itu, kita sedang di Uji oleh-Nya. Seberapa besar, kuat, tekad dan niat kita untuk menggapai mimpi itu.

Teman, lihatlah orang-orang di sekeliling kita. Bukan hanya kita yang merasa di remehkan, bukan hanya kita yang merasa tidak dianggap. Ada banyak orang yang mungkin nasibnya sama seperti kita. Hanya kita tidak mengetahuinya saja. Jangan pernah merasa putus asa. Saya juga sedang belajar untuk tidak menjadi orang mudah berputus asa. Saya juga sedang belajar untuk berusaha. Dan saya akan terus belajar untuk bisa menjadi orang yang punya mimpi dan menggapai mimpi itu. Ingat, semua dimulai dari NOL ..

salam sayang :)) sukses selalu ..

Selasa, 23 Februari 2010

Lihatlah Lebih Dekat

Belakangan ini, banyak hal yang membuatku terharu. Perasaan terharu itu dimunculkan oleh orang-orang terdekat seperti mama, papa, dinda my lovely sista, dan arif my cute brother. Mereka adalah orang-orang yang paling dekat yang aku sebut sebagai keluarga. Sebelumnya, aku menganggap mereka sangat biasa. Mama yang selalu berangkat pagi pulang sore, bahkan bisa lembur sampai malam, papa yang diam dan cuek, jarang sekali berbagi cerita dan pengalaman denganku, Dinda adik perempuan yang paling sering di ajak curhat, namun belakangan ini dia sangat sibuk dengan urusan Ujian Akhir Nasionalnya, dan terakhir, arif my little brother yang selalu galak sama siapa saja dan gila games online.

Kadang, keluarga merupakan orang terdekat namun juga bisa menjadi orang yang sangat jauh. contohnya saja, aku merasa nyaman berbagi cerita dengan teman-teman dibandingkan berdiskusi dengan orangtua sendiri. Karena kadang mereka tak pernah menanggapi, sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi aku sempat menganggap teman-teman adalah keluarga keduaku. Saking dekatnya dengan teman-teman, aku sempat melupakan nasihat mama untuk tidak pulang malam, pernah mengacuhkan perintah papa untuk menjadi pribadi yang berani dan mandiri, dan menjadi sosok kakak yang kurang teladan di mata adik-adikku. Kadang aku tak menyadari hal tersebut. Hal kecil, namun bisa menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Aku sering menomor satukan kepentinganku dengan teman-teman, sampai saat diminta untuk kumpul keluarga aku enggan datang. Sampai suatu ketika, tepatnya beberapa hari yang lalu saat sedang berbagi cerita dengan seorang sahabat, aku menyadari bahwa diri ini sudah salah jalan.

Sahabatku menceritakan seorang temannya yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Saat melahirkan tersebut, teman sahabatku bercerita bahwa sulit sekali untuk mengeluarkan seorang bayi dari dalam perutnya. Perlu tenaga besar untuk bisa mengejan agar kepala bayi terdorong keluar. Sampai pada akhirnya, ia harus merasakan jarum jahit menusuk vaginanya karena sobek saat mengeluarkan bayi (bukan bermaksud untuk porno, namun ini merupakan bahasa kedokteran). Pada saat itu, aku merasakan ngilu yang luar biasa, bagaimana jika teman sahabatku itu adalah diriku sendiri. Tiba-tiba aku mengingat mama. Ya Allah ternyata pengorbanan beliau sungguh besar, beliau adalah mahluk yang paling mulia. Walaupun mataku tak menteskan airmata, namun hati ini sempat teriris. Begitu mudahnya aku mengucapkan "Akh..." padanya saat dia menyuruh melakukan sesuatu. Tak sadarkah aku begitu besar perngorbanannya, mengandungku sembilan bulan lamanya, berusaha sekuat tenaga melahirkanku hingga bisa dibilang dalam kondisi antara hidup dan mati, membesarkan dan merawatku hingga sebesar ini. Begitu mudahnya aku menyakiti perasaan beliau dengan ucapan kasar yang terlontar dari mulut yang pernah ia suapi ini. Allah, sungguh berdosanya diriku. Sungguh aku mahluk yang paling jahat! Naudzubillah ...

Sepulang dari rumah sahabat, aku pulang ke rumah. Aku mendapati rumah dalam keadaan sepi. Aku masuk ke dalam kamar. Saat aku hampir memejamkan mata, arif mengetok pintu kamar seraya berteriak memanggil namaku. Aku sempat kesal, baru saja ingin tidur, ganggu aja, gerutuku saat itu. Ternyata, dia hanya ingin menawarkan gorengan. Dia hanya ingin membagi gorengan yang ia beli dengan uang jajannya sendiri. Ya Allah betapa perhatiannya adik kecilku ini. Katanya, "mbak mau yang mana? tempe apa ubi? atau cireng?". Walaupun hanya sebuah gorengan, namun dia menunjukkan bahwa ia mengingatku, ia ingin membagi sesuatu itu padaku. Padahal, aku menganggapnya orang yang paling nyebelin dan suka marah-marah, suka bertemperamental tinggi. Ternyata di satu sisi, ia memiliki sifat yang tak kusadari. Aku keluar dari kamar dan menemaninya nonton TV.

Dinda akhirnya pulang dari sekolah. Dia terlihat lelah dan capek. Setiap hari ia harus melaksanakan try out untuk menghadapi ujian nasional nanti. Tapi masih sempatnya ia menanyakan keadaanku hari ini. Padahal aku tak pernah menanyakan kabarnya, aku tak pernah tahu perasaannya, aku tak pernah sadar betapa kesalnya dia saat dia butuh dukungan, aku lebih sering mengabaikannya. Aku ini egois sekali sebagai kakak.

Papa, membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah. Sebelumnya ,dia mendapat kabar bahwa hasil test urinnya menunjukkan bahwa ginjalnya infeksi. Tapi dia tak menunjukkan bahwa dirinya sakit, sampai aku tahu hal tersebut dari hasil test urinnya yang tergeletak dimeja makan.

Sungguh, aku butuh mengenal mereka lebih dekat. Seperti penggalan lagu sherina munaf yang berbunyi ..

"Janganlah sedih,
janganlah resah,
jangan berlalu cepat berprasangka ..
janganlah gundah,
janganlah resah lihat segalanya lebih dekat,
dan kau bisa menilai lebih bijaksana ... "

aku butuh Lihat segalanya lebih dekat, untuk bisa mengerti kondisi tidak hanya dari satu sisi.

:) semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan bagi teman-teman, khususnya untuk dirku sendiri..
:)

The Red Shoes

Waktu itu, mamah beli sepatu baru berwarna merah, model simple dengan satu tali. sweet banget! Katanya sepatu itu bisa dipakai barengan antara mama, aku, dan my lovely sista. Aku belum pernah memakai sepatu itu karena warnyanya yang terlalu berani dan terlalu terang alias nge-jreng! Mama juga menggunakannya hanya sesekali, begitupun juga dinda, katanya warnanya suka gak cocok dengan baju yang di pakainya. Akhirnya sepatu itu hanya disimpan dikotaknya dan diletakkan di lemari sepatu.

Dua hari yang lalu, aku dan teman-teman janjian hang-out bareng. Aku berniat memakai dres bunga-bunga dengan warna basic abu-abu, celana jins hitam, kerudungnya abu-abu. Saat bercermin, ada sesuatu yang tak biasa. Aku terlihat tak bersinar, muram, kusut, dan lebih terlihat seperti awan mendung karena dari atas sampai bawah didominasi dengan warna abu-abu. Akhirnya aku memutuskan untuk memakai The Red Shoes! Mungkin kalo sepatu itu bisa bicara, dia pasti akan meluapkan ekspresi kebahagiaan karena keluar dari rumahnya (kotak sepatu). Sebenarnya sepatu merah itu nyaman sekali digunakan. Saat bercermin di kaca kembali, ada sedikit tampilan yang menonjol. Tentu saja karena sepatu merah itu. Aku lebih terlihat cute namun berani. Dan aku merasa jadi lebih percaya diri. Saat keluar rumah, cara jalanku pun lebih terlihat punya tujuan. Biasanya aku hanya menggunakan sepatu yang sama yaitu putih, berbahan karet anti air ataupun yang coklat muda dengan model yang sama. Setiap hari monoton dengan model yang seperti itu, padahal sepatu di rumah bejibun.

Hal itu sama saja menunjukkan bahwa ternyata diriku belum cukup berani untuk mencoba hal yang baru karena belum terbiasa. Kalian pasti pernah mengalami hal seperti itukan? Setiap hari hanya melakukan hal yang sama. Kita hanya merasa nyaman dengan sesuatu yang sudah sering kita geluti. Padahal di dunia ini masih banyak hal yang perlu kita coba dan telusuri, tentu saja hal yang positif. Saat kita sudah merasa mampu melakukan sesuatu, kita akan lebih percaya diri saat melakukannya berulang kali, namun perasaan bosan kadang sering menghinggapi karena merasa tidak ada tantangan dalam hidup. Akibatnya, kita merasa jadi orang yang belum bisa berkembang dari segi sifat, perilaku, dan pola pikir. Merugilah bagi orang-orang yang hanya mampu melakukan sesuatu yang dirasa telah mampu melakukannya. Orang-orang hebat itu ialah orang-orang yang berani mencoba hal baru dan mampu melakukan hal baru tersebut walaupun kadang hasil yang didapatkan tidak seperti yang kita inginkan. Paling tidak orang itu pernah mencoba. Benar gak sih teman-teman? Kemudian, kita mudah sekali mengakui bahwa diri kita ini hebat, dan mudah untuk merasa puas akan hasil yang telah dicapai. Akhirnya kita merasa paling lebih diantara yang lain, dan timbulah sifat-sifat hati seperti sombong yang akan menyebabkan keirian dan kedengkian. Padahal jauh diatas kita masih banyak orang-orang yang lebih hebat. Ketidakpuasan itu bukan berarti cermin dari orang yang tidak bersyukur, namun ketidakpuasan merupakan motivasi untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Tentu saja dibalik semua itu, yang paling utama rasa syukur kita kepada yang Maha Kuasa harus terus dipupuk dalam diri.

Sekarang, pilihan ada ditangan kalian. Mau jadi orang seprti apakah kalian? orang biasa namun mampu melakukan hal baru ataukah orang hebat yang hanya mampu melakukan hal yang biasa? Hidup itu pilihan dan kita harus berani untuk memilih. Terimakasih buat The Red Shoes yang telah mengingatkanku tentang hal ini. Terimakasih yang sudah membangkitkan lagi rasa percaya diri ini.

Thank you, Red Shoes are the best shoes i've ever had !

Senin, 22 Februari 2010

OLD FRIEND (Long time no see)

Semalam gue memimpikan seseorang, lebih tepatnya seorang teman lama di SD dan SMP. Entah mengapa gue memimpikannya. Dulu, gue mengenal sosoknya sebagai seorang teman yang baik, pengertian, perhatian sama teman. Dan gue sempat dekat dengannya. Okay, Namanya disini akan disamarkan. Kita panggil saja dia, Melati. Waktu dulu, zamannya masih bau kencur, alias masih kecil banget, gue selalu di antar jemput papa kalo ke Sekolah. Paginya diantar, begitupun juga pulangnya papa selalu menjemput.Suatu ketika, papa berhalangan dan tidak bisa menjemput. Beberapa jam ditunggu diparkiran, tapi papa tidak muncul. Tiba-tiba seorang teman menawarkan untuk ikut pulang. Dia melati. Supirnya selalu mengantar jemputnya. Karena hari sudah sore, gue putuskan untuk ikut pulang bareng. Jujur, dulu gue anak yang pemalu dan takut bergaul. Sampai suatu saat bisa berteman dengan Melati adalah suatu hal yang tidak terduga. Di sekolah, Melati termasuk anak yang lucu, suka berkawan, dan tidak membeda-bedakan teman. Gue mengenalnya cukup baik. Yang gue ingat, dulu dia punya seorang sahabat, namanya Mawar. Suatu ketika Mawar marah sama Melati, hingga tak ingin bicara. Waktu ulang tahun Mawar, Melati memberikan sebuah kado, namun Mawar tolak. Melati sedih, dan memberikan kado itu pada gue. Entah kenapa gue yang dia kasih, kenapa bukan orang lain? Dia memberikan sebuah tas kecil. Warna biru. Melati memang ada sedikit keturunan Arab dari ayahnya. Hidungnya mancung dan matanya cantik.


Saat SMP, ternyata gue satu sekolah lagi dengan Melati. Bedanya, Melati yang gue kenal di SMP lebih berani. Dia telah menjadi sosok gadis remaja yang penuh dengan ekspresi. Lebih cerewet, lebih cantik, dan satu hal, dia sudah berani untuk memiliki cowok. Cowok pertama yang ia gebet waktu SMP adalah Syarif. Satu hal yang membuatnya berbeda ialah saat dia sudah mulai menjauh dan tidak berteman lagi dengan gue. Jujur, gue merasa kehilangan seorang teman. Teman yang dulu gue anggap sangat baik. Kita sudah sama-sama menemukan teman-teman baru. Dia dengan gengnya dan gue juga dengan teman-teman gue. Walaupun kami masih satu kelas dari kelas 1 hingga kelas 3. Tapi tak pernah sedikitpun kita sedekat dulu. Gue benar-benar tak mengenalnya. Apalagi saat tahu, dia terlihat lebih nakal, suka mencoba hal-hal yang harusnya tak dicoba. Ternyata gue dengar kabar bahwa kedua orangtuanya bercerai. Hal itu mungkin yang membuat sikap Melati berbeda. Dia lebih berani dengan guru, lebih sering nge-cengin teman-teman dengan celotehannya yang kasar, dan suka gonta-ganti cowok. Gue kehilangan sosok melati yang polos, gue kehilangan sosok mata cantiknya yang saat memandang orang, akan memunculkan sinar keakraban.


Beberapa tahun berlalu, saat SMA kami beda sekolah. Sempat terdengar kabar juga. Kehidupan Melati jauh lebih liar. Suka merokok dan sebagainya.. Saat memasuki dunia perkuliahan, lebih terlihat bukan sosok Melati yang gue kenal. Dia mengejutkan gue dengan album photo disalah satu situs pertemanan dengan menggunakan bikini. Yeaps, bikini yang seharusnya hal tersebut tidak perlu ditampilkan di muka umum. Dari poto-poto tersebut, kehidupannya pun sudah berubah drastis. Dia terlihat bersama sekumpulan orang-orang yang sedang berada di klub malam. Gue yang tidak mengikuti perkembangan zaman, atau memang dia yang sudah benar-benar berubah? Entahlah, tapi yang sangat disayangkan, dia berubah ke arah yang negatif. Begitu besarkah pengaruh perceraian terhadap perubahan sikap anak?


Sebagai seorang anak, kita memang tidak berhak mencampuri urusan orang tua. Namun apakah orang tua tersebut melihat perubahan sikap anak-anaknya saat mereka memutuskan untuk bercerai? Anak-anak merasa tidak ada lagi belaian kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya secara utuh. Walaupun tak semua anak bisa berubah kian drastis, namun pasti ada pengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Mungkin ada yang menutupinya dan dipendam sendiri, atau malahan menunjukkannya dengan cara yang ditunjukkan Melati tersebut. Sebagai seorang teman, gue sangat menyayangkan hal tersebut. Dan semoga hal ini bisa menjadi koreksi bagi para orang tua untuk lebih mempertimbangkan keputusan secara matang. Untuk Melati :


Lo tetep temen gue, seberapapun lo berubah, yang jelas gue tetap mengingat lo. Dan semoga lo juga bisa mengingat hal baik diantara kita ya teman.”

Kamis, 18 Februari 2010

Ladyna (part 6)

Hari ini adalah hari kamis, dimana kelasku mengikuti jadwal olahraga bersama bu Gladis. Walaupun seorang wanita, Bu Gladis termasuk guru yang hiperaktif, tangguh, berwibawa seperti laki-laki. Ia besar dalam keluarga militer, ayahnya yang seorang tentara menuntutnya untuk selalu disiplin. Begitupun dengan kami siswa-siswanya, beliau menuntut kami agar selalu tepat waktu. Ia paling tidak suka dengan keterlambatan. Jika ada anak muridnya yang terlambat, dan sudah diberi toleransi, ia tak segan untuk menghukum anak muridnya tersebut untuk lari keliling lapangan. Katanya sekalian olahraga, candanya disela-sela kegiatan olahraga.

Tak terasa, sudah 3 tahun Bu Gladis mengajarku dan teman-teman yang lain. Dan sekarang adalah minggu terakhir dimana kami bertemu pelajaran olahraga. Rindu saat awal masuk sekolah. Menjadi seorang murid baru tidaklah mudah, harus mampu beradaptasi dengan orang-orang baru yang beda karakteristik dan sifatnya. Tak menyangka juga selama 3 tahun aku sekelas denganmu, Asta! Jadi inget saat pertama kali berkenalan denganmu. Kamu pasif, lebih banyak diam. Dan tak mudah menebar senyum, apalagi denganku. Kamu sombong sekali, pikirku saat itu. Malah aku menyangka, kamu memmbenciku, karena selalu ketus saat bicara denganku. Sekarang, kamu sudah lebih bisa membaur dan lebih gaul dari aku. Kamu ikut ekskul Futsal dan paskibra. Setiap upacara hari senin, aku sering berdecak kagum saat kamu melangkahkan kaki menghantarkan bendera menuju tiangnya. Dan kamu beserta dua orang temanmu mengibarkannya. Aku selalu bangga denganmu Asta.

* * *

Setelah pelajaran olahraga, dilanjutkan dengan belajar agama. Sekolah ini termasuk sekolah negeri, jadi tak heran jika berbagai macam agama bisa berada disini. Dan guru-guru selalu mengajarkan kami untuk saling bertoleransi. Biasanya, saat pelajaran agama islam, yang muslim tetap di kelas, sedangkan yang non-muslim boleh dipersilahkan keluar, karena jadwal kebaktian mereka bisa diluar jam sekolah. Di kelasku, murid yang non-muslim hanya ada 10 orang yaitu Shinta, Diaz, Temmi, Nandar, Nanang, Milky, Bondan, Sarah, Dina dan kamu. Iya kamu, Asta. Kamu dan aku memang banyak kesamaan, suka jalan-jalan, suka makan, suka jahil walaupun lebih jahilan kamu, suka ketawa tapi lebih keras tawaku, dan satu hal yang beda, satu hal yang buatku untuk berpikir berulang kali menerima pernyataan cintamu semenjak kelas dua. Hal itu memang lebih besifat personal dan menyangkut prinsip. iya Agama!

Ayahku seorang Haji dan orang yang cukup diteladani di lingkunganku. Dan tak mungkin aku mempunyai pacar seorang non-muslim. Walaupun begitu, aku tetap menghormati agamamu. Sakit memang kalo dipikir, aku menyayangimu, kamu menyayangiku, namun hal ini tak dapat dipersatukan. Aku berusaha menahan tangisku untuk tetap menolakmu. Untuk yang kesekian kali. Kamupun tak bosan menunjukkan keseriusan perasaanmu padaku. Lagumu, yang kamu nyanyikan kemarin. Aku sudah tahu. Tahu kelanjutan liriknya.


".............................................
Aku yang kan mencintaimu,
aku yang kan slalu mendampingimu,
bila butuh cahaya tuk menerangimu,

..........................

Pilihlah aku... "

Itu lagu sheila on 7. Grup musik kebangganmu.

Ladyna (part 5)

Aku, kamu, Raden, Oki, Mayang, Siska, Dan kusnandar belajar bareng hari ini di rumah Toni. Tante Mirna (mama Toni) sibuk banget menyiapkan hidangan dan cemilan untuk mengganjal perut kita berdelapan. Khusus untuk Oki yang badannya paling besar kayak gentong, Tante Mirna menyediakan 1 porsi besar untuknya (hehehe, gak deng becanda). Porsi makan kita berdelapan tetap sama kok, sama-sama rakus kalo sudah menyangkut soal makanan.

Jadwal belajar hari ialah fisika. Karena sudah mendekati ujian nasional. Kami membuat kelompok belajar sendiri. Hal ini dilakukan seara sukarela. Dipersilahkan untuk siapa saja yang ingin ikut. Untuk mata pelajaran yang satu ini, Oki jagonya. Dia mengajari kami untuk memahami fisika yang penuh dengan konsep hitungan. 1 1/2 jam belajar, membuat otakku seperti di guncang-guncang. Aku memastikan, pasti didalamnya acak-acakkan.

Selama satu 1 1/2 jam mengotak-atik soal fisika, kamu keliahatan jenuh. Matamu sayu, seperti kurang tidur. Aku sedikit khawatir dengan keadaanmu. Sesekali kamu melirik ke arahku, namun tak terdengar suara sapamu padaku. Aku bingung ingin menyapamu bagaimana. Jika dihadapanmu aku kikuk. Tubuhku seakan panas dingin. Dan jantungku..... What is feel?? seperti orang yang disuruh maju tiba-tiba untuk diminta berpidato. Detaknya cepat sekali.

Beda halnya denganmu. Karaktermu santai, jahil, dan humoris. Jarang sekali kamu menunjukkan wajah kesal ataupun sedih dihadapanku dan teman-teman yang lain. Tapi kali ini kamu berbeda, aku bisa merasakan perbedaan moodmu hari ini.

Aku izin ke kamar mandi dengan Toni. Saat aku selesai dari kamar mandi, kamu sudah bersender pada tembok dapur depan kamar mandi.

"Mao pipis juga Ta?" Tanyaku polos.

"Hahaha, enggak! mastiin aja elo gak nyasar ke kamar mandinya." Ledekmu.

"Emang aku anak kecil apah, pake acara di ikutin!" Jawabku ketus padamu.

Walaupun kamu melemparkan candaan lucu, namun aku bisa melihat sorot matamu. Seperti ada yang ingin kamu katakan padaku. Ada yang ingin kamu ceritakan. Kamu seperti menahan beban berat, mungkin sudah mencapai stadium empat dan hampir meledak.

"Ta, kalo ada yang pengen diceritain, curhatin aja! aku siap kok jadi pendengar yang baik!Aku kan temen kamu.." Tanyaku pelan penuh kehatian-hatian agar kamu tak menyangka hal aneh padaku.

Kamu diam.

"Lebih dari sekedar temen, bisa???"

"Maksudmu??" Tanyaku penasaran, aku tak paham maksud pertanyaanmu.

Inikah yang namanya sebuah pernyataan.

"Udah tau kelanjutan lirik yang gue nyanyiin dikelas?" Kamu mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain.

"Belom." Jawabku singkat.

"Yaudah elo cari tahu aja dulu!"

Dasar orang aneh! gerutuku dalam hati. Belum pernah aku mengenal orang aneh sepertimu. Orang yang sulit di tebak, tetapi hal itulah yang membedakan kamu dengan teman-temanku yang lain. Kamu beda Asta. Kamu membalikkan badan dan jalan menuju ruang tamu dimana anak-anak yang lain berkumpul, disusul olehku. Saat kamu dan aku jalan bersama dari dapur, semuanya menyoraki.

"Ciyeeeeeeeeeeee...." Ledek kusnandar, Mayang , dan Raden berbarengan.

Aku hanya tersipu malu. Dan kamu memasang tampang cool. Aku duduk dan membuka lembaran soal kembali. Percakanmu dan aku tadi, membuat aku tidak konsentrasi. Berulang kali aku melihat dan coba menghitung soal-soal itu, namun yang aku ingat hanya pertanyaanmu.

Lebih dari sekedar temen, bisa?

Kamu kembali ceria. Kelihatan saat kamu mulai menjahili Siska dan Mayang yang sedari tadi kerjaannya hanya sibuk membuka majalah-majalah fashion yang baru dibelinya di tukang koran depan komplek perumahan Toni. Oki dan Toni serius mengerjakan soal fisika sambil berdiskusi berdua, mencoba menyatukan perbedaan argumen diantara keduannya. Kusnandar dan Raden tiba-tiba mendadak latah dengan ikut menggoda Siska dan Mayang. Dan Aku, masih berkutit dengan pertanyaanmu tadi.

Rabu, 17 Februari 2010

Ladyna (part 4)

Keesokan paginya, seperti biasa. Kegaduhan di kelas 2 IPA 1 memang tidak ada tandingannya. Jika ada award kelas terberisik, yaa jelas kelas ini. Dengan Ketua kelas bernama Kusnandar, biasa dipanggil Mang engkus sama teman-teman yang lain. Begitupun juga aku memanggilnya. Engkus ketua kelas paling heboh yang pernah kukenal. Ketua kelas paling tidak bisa di ajak kompromi. Kalo pilihannya A yaa tetap A. Hebat!

Sebelum jam pelajaran di mulai, Kamu biasa berkumpul di depan kelas bersama Andi, Haidar, Gilang, dan Bayu. Teman-teman gangmu. Sebenarnya keempat temanmu adalah temanku juga. Namun, aku merasa tak cocok dengan mereka. Pergaulan mereka terlalu luas untuk aku ikuti. Saat sedang bersama teman-temanmu. Kamu lupa dengan aku. Dengan kisah kemarin malam.

Seharusnya, aku tak perlu menaruh harapan lebih padamu. Aku tahu, kamu hanya menganggap perkataan kemarin malam itu seperti kalimat yang biasa kamu ucapkan kepada teman-teman cewek yang lain. Aku saja yang ke Ge-er-an! Aku berusaha mengalihkan perhatianku dengan bergosip dengan teman-teman cewekku.

Tiba-tiba, kamu menyanyikan sepenggal lirik lagu ..

"sadarkah kau kusayangi,
sadarkah untukmu kubernyanyi.
terbacakan niat tulus ini. degup jantung kuberbisik.

Kadang kata tak berarti,
hanya akan menyakiti.
Diam bukanlah tak ingin
.............................................."

Sorak sorai teman sekelas mewarnai pagi yang cerah ini. Suaramu bagus Asta. Aku suka suaramu. Dan aku suka penggalan lirik itu. Kamu menatapku, aku acuh!

Pak Ramdhan masuk kelas untuk mengajar matematika. Menu hari ini ialah matematika, ditambah ramuan kimia, dan mahluk-mahluk biologi. Rasanya aku ingin segera pulang.

Tiba-tiba posisi dudukmu berada dibelakangku.

"Bosen ya?" bisikmu pelan

Aku mengangguk.

Kamu mencolekku, memberikan sebuah kertas yang dilipat kecil. dengan tulisan didepannya "BUKA". Aku membuka kertas itu secara sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan pak Ramdhan. Kamu membuat grafiti namaku. diBawahnya tertulis namamu. Aku menoleh padamu, kutarik bibirku membuat sebuah bentuk bulan sambit (senyum) tanda terimakasih.

* * *

Sepulang sekolah, aku memilih untuk segera pulang. Aku lelah. Aku ingin tidur. Tiba-tiba kamu mengagetkanku dari belakang. menepuk pundakku halus.

"Gak nonton gue lagi dyn?" Tanyamu sambil berlari kecil mengikuti jejak langkah kecilku.
"Hmm..Aku mau pulang Ta, Ngantuk!" Jawabku singkat.

Raut wajahmu berubah kecewa. Aku dan kamu berpisah di depan gerbang sekolah. Sesampainya di rumah. Aku tak enak hati. Aku mengambil ponsel dan mengirimkan pesan untukmu.

Maav Ta, hari ini aku capek banget. lain kali pasti nonton!
send to : Asta

Pesan telah terkirim. Aku membaringkan tubuh mungilku di kasur dan terlelap.

* * *

Sorenya, kulihat dilayar handphone ku ada satu pesan darimu.

From : Asta
Gak apa-apa dyn :) met tidur siang yaa ..

Aku tak membalas smsmu lagi. Aku segera mandi dan langsung mengerjakan PR dari Pak Ramdhan, mengerjakan persamaan linier. Saat di kelas tadi, konsentrasi buyar karena gambar yang diberikan Asta. teringat hal tersebut, kukeluarkan gambar itu dari tas. Kupajang gambar yang kamu buat di dinding kamar.

Senin, 15 Februari 2010

ladyna (part 3)

Seusai menonton pertandingan sepakbola sore itu, kamu mengantar hingga ke gerbang rumahku. Tentu saja dengan tiger kesayanganmu. Kamu enggan masuk kedalam rumah dengan alasan sudah terlalu sore. padahal aku masih ingin bercengkrama dan bercanda denganmu. Kamu memiliki sisi humoris yang buatku tak bosan berada disampingmu. Seketika itu kamu pamit dan pergi. Aku masuk ke dalam rumah ...


Keesokan paginyaa ..

Aku bangun dengan mata masih menahan kantuk. Semalaman aku begadang mengerjakan PR bahasa Inggris dari bu Nila. PR nya lumayan banyak untuk ukuran anak SMA sepertiku. Membuat karangan dengan bahasa inggris sebanyak 4 halaman. HUH..keluhku semalaman. Jam wekerku tak bedering sama sekali, saat kucek ternyata baterenya sudah habis pakai. Dan perlu kuganti, karena jika tidak diganti, pastinya aku akan telat bangun dan kesiangan berangkat sekolah. Tak sabar ingin bertemu denganmu hari ini. Moment kemarin sore, adalah moment yang takkan pernah aku lupakan. Kamu membuat diriku seakan begitu spesial di matamu. Namun aku tak ingin berbesar hati dulu, takutnya ini hanya perasaanku saja, dan kosong untuk perasaanmu.

Disekolah..

Bu Nila datang tepat waktu. Aku melihat ke arah bangkumu. Namun kosong. Kamu pasti telat. Dasar Kebo! gerutuku dalam hati. 10 Menit kemudian kamu datang dengan nafas terengah-engah dan kulit yang bercucuran keringat. pasti kamu dihukum pak Ketut (Guru piket). Seringnya kamu terlambat merupakan santapan empuk bagi guru piket untuk menghukummu. Kamu masuk ke kelas dengan perlahan dan meminta izin pada bu Nila untuk duduk. Bu Nila mengizinkanmu karena beliau termasuk guru yang lembut dan baik di sekolah. Kamu menoleh ke arahku dan aku memandangmu heran. Kamu hanya tersenyum. Aku suka senyummu. senyum simpul Cool! kubalas senyumanmu. sedetik kemudian aku menerima sms darimu.

nanti sore, kita ketemu dilapangan bola lagi ya :)

Senang hatiku tak terbendung. Hal ini yang kutunggu, kamu mengajakku untuk bertemu. Aku me-reply smsmu.

oke :)

Tanpa kutanya alasanmu mengajakku, aku langsung mengiyakan ajakanmu.


15:30 .. TREEEENNGGG......!

Bel sekolah berbunyi, saatnya pulang. Sesegera mungkin aku merapihkan meja belajar sekolahku, kumasukkan pulpen kedalam tempat pensilnya, buku kutata rapih di dalam tas. Aku termasuk orang yang rapih. malah bisa dibilang sangat rapih. Aku berlari kecil menuju lapangan bola di belakang gedung sekolah. Aku melihat sekeliling, namun tak nampak kehadiranmu. Aku duduk dibangku yang sama saat sore kemarin.

15 menit kemudian kamu datang dengan kostum bolamu. Hari ini kamu tanding. Kamu melambaikan tangan dari kejauhan. Kamu menghampiriku.

"Doakan aku yang dyn.. pokoknya kamu harus doakan aku menang bertanding hari ini."

Dengan setengah memohon kamu meminta dukungan doa dariku. Tanpa kau suruhpun aku pasti melakukannya.

"Tentu saja" jawabku singkat sambil tersenyum.

Kamu membalas senyumku seraya mengucapkan terimakasih. Dan kamu berlari menuju lapangan merah itu. Permainan di mulai. Kamu menggiring bola ke arah gawang lawan. Kamu menggocek bola dengan tenang hingga lawanmu kebingungan. Aku bisa merasakan semangat membaramu dari kejauhan. Aku menikmati ketengangan permainanmu. Hingga akhirnyaa.............

GOOOOLLLL! pada 12 menit pertama. dan kamu yang mencetak point itu. Kepalamu menoleh ke arahku dan lagi-lagi tersenyum.

45 menit akhirnya pertandingan selesai. Dengan tubuh penuh keringat kamu duduk disebelahku. Kurasakan hawa panas tubuhmu sehabis berlarian, kamu pasti lelah. Aku sudah menyiapkan sebotol air minum untukmu. Botol minum kuberikan padamu. Kamu mengelapi keringatmu dengan handuk. Dan mengambil botol itu dari tanganku.

"Terimakasih ya. Doamu manjur!" serumu.

"Iya sama-sama. Ah, gak juga ini berkat kemahiran permainanmu." jawabku penuh kagum.

Sore ini, kamu dan aku habiskan waktu berdua dilapangan merah hingga malam. Kamu mengganti pakaianmu di kamar mandi sekolah dengan kaos putih bergambar i love hongkong.

Aku dan kamu menikmati kerlip bintang yang bermunculan random dilangit.

"Aku suka bintang yang itu!" Serumu sambil menunjuk ke arah langit hitam.

Aku menoleh ke atas.

"Aku beri nama bintang itu ladyna." katamu sekali lagi.

Aku terkejut. Mengapa kau beri nama itu sama seperti namaku? namun aku diam.

"Karena dia cantik dan bersinar sepertimu, dyn.." lagi-lagi kamu yang bicara.

Aku lebih terkejut lagi mendengar pekataanmu. GOMBAL!! dasar lelaki. tak bisakah sedikitpun kau tidak menggodaku. Tetapi, aku senang dengan rayuanmu malam ini. Aku hanyut dalam dingin dan gelapnya malam serta perkataan indahmu tadi.

"Bisa gak ya aku menggapai bintang itu ya dyn? aku ragu, karena bintang itu terlalu sempurna untukku."

kamu sedang membicarakan bintang beneran ataukah ada yang kau umpamakan?

"Tentu bisa kalau kamu berusaha meraihnya Asta." Seruku pelan namun langsung ke arah yang dipertanyakanmu.


Kamu tersenyum dan bangkit dari duduk. Menarik pergelangan tanganku dan mengajakku pulang kerumah.

"Udah malam, kita balik yuk. Nanti mamamu mencarimu." Kamu emnarik tanganku dan berjalan cepat menuju parkiran. dan aku pulang dengan membawa bunga di hati. Aku tak tahu denganmu. Apakah bunga yang kau bawa juga atau perasaan yang biasa saja.





I Love Korean Boys! (ILKB)

Entah sedari dulu, gue sangat mengagumi cowok-cowok berkacamata. namun bukan berkacamata karena dia kutu buku. Kacamata menurut gue menggambarkan dia orang yang smart, keren, dan berwibawa. is'n it??

memang tidak semua pria berkacamata gue suka, putih dan tinggi. terus, suka banget yang sipit kayak lee min hoo, kim nam gil, JSK! like korean boy. Gue memang tidak bisa memungkiri kalo gue sangat nge-fans sama mereka! pria-pria multitalented!

1. Lee min hoo



2. Kim nam gil




3. Jan Geun Seuk



Ingin rasanya bisa mengenal mereka lebih dalam, Namun apakah mungkin? Apakah mungkin gue terbang ke Korea! mungkin sekarang cuman mimpi, suatu saat nanti Allah pasti mengabulkan,, amin...

Ketiga pria diatas cukup menggambarkan tipe cowok gue! hahahaa..
I love korean boy! LOVE his movie!

bagaimana dengan kalian? apkah juga menyukai pria-pria diatas?