Minggu, 03 Januari 2010

ladyna (part 2)

Pagi ini kamu berbeda, gaya rambutmu tampak sangat rapi. Klimis tak seperti biasanya dengan gaya spike. Lagi-lagi kamu tersenyum padaku. Kamu memamerkan gaya baru rambut model 70-an. Entah mengapa aku tak suka dengan gaya rambut itu. Aku lebih suka dengan gaya berantakanmu. Aku terpaksa mengacungkan jempol agar kamu tak kecewa. Tapi jujur, aku tak suka gaya rambutmu yang sekarang. Selama pelajaran pak Wawang, kamu terus menoleh ke arahku. Lirikanmu membuatku tak dapat konsentrasi mendengarkan penjelasan sistem reproduksi yang diterangkan pak Wawang. Bel istirahat berbunyi. Kamu menghampiriku mengajak makan bersama di kantin. Aku menolak. Hari ini tingkah lakumu aneh. Seakan-akan kamu terus mendekatiku.



Kamu seakan menghilang dari pandanganku siang ini. Semenjak kumenolak ajakanmu pagi tadi, aku belum melihat batang hidungmu lagi. Aku melihat sekeliling isi kelas. Tak ada kamu. Hingga pelajaran bahasa indonesia, kamu tak kunjung datang. Aku mengira kamu marah. Kukeluarkan ponsel dari tasku. Kuberniat ingin meminta maaf lewat sms. Walaupun sebelumnya, Tak pernah kuberanikan diri untuk menghubungimu bahkan sekedar sms menanyakan tugas. Tak pernah. Tapi kali ini aku berkesempatan untuk hal itu. Ku mulai mengetik sepatah dua patah kata dengan sangat hati-hati. Berharap tak ada kata yang dapat menyinggung hatimu lagi. Perlu berpikir beberapa kali untuk menekan tombol kirim pada keypad ponselku. Tekadku sudah bulat, dengan keberanian yang luar biasa, akhirnya aku mampu mengirim pesan itu. Aku sedikit merasa lega seketika.



10 menit kemudian, ponselku bergetar. Lekas kumengambil ponsel yang ada dalam tas ,walaupun saat itu pelajaran bu Risma. Guru tergalak di sekolah. Aku tak perduli itu. Satu pesan diterima tertulis dilayar ponselku. Segera kumembukanya. Pesan itu dari kamu. Perasaan senang memuncah. Padahal aku belum membaca isi pesanmu, namun aku sudah merasakan bahagia luar biasa. Disitu hanya tertulis ”tidak apa-apa”. Aku terdiam, sedikit kecewa dengan balasan smsmu. Terlalu singkat bagiku. Padahal aku menginginkan lebih dari sekedar ungkapan ”tidak apa-apa”. Kembali kuletakkan ponsel di dalam tas.


***


Sepulang sekolah, aku berniat menonton tim sepakbolamu. Ternyata, posisimu digantikan orang lain. Tak ada kamu dilapangan merah itu. Tak ada yang bisa kuberikan tepuk tangan saat bola digelandang masuk ke gawang. Sesaat kemudian...



”Ladyna..”



Seseorang memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang. betapa terkejutnya, saat mengetahui bahwa yang memanggilku adalah kamu. Pertama kalinya kamu memanggil nama lengkapku. Mungkin bagimu hal itu terdengar biasa. Aku rak tahu sejak kapan kamu berada di belakangku. Kamu berpindah tempat, duduk disebelah kananku. Kamu menawarkan lolipop warna-warni. Entah memang kamu tahu aku sangat menyukai lolipop atau hanya kebetulan saja. Lolipop itu kamu berikan padaku. Satunya kamu makan sendiri. Aku merasa senang sore itu bisa bersama kamu.


(to be continued..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah mampir di blog saya :)