Aku suka hujan. Karena hujan mampu membuat suasana panas menjadi lebih sejuk. Karena hujan bisa memberikan kesegaran saat kekeringan. Karena hujan memberikan kehidupan bagi tumbuhan dan hewan untuk tetap bertahan. Aku benci matahari. Karena matahari menyegatkan sinarnya. Karena matahari kulit halus dan putih berubah menjadi legam. Karena matahari menciptakan sensasi "gerah" sehingga merangsang syaraf-syaraf tubuh untuk merespon hal-hal yang berlebihan dan membuat hati tidak tenang. Saat aku mengatakan dua hal tersebut, sesungguhnya aku salah. Aku keliru memahami dua perasaan itu. Suka dan benci. Aku menganggap dua hal tersebut bagaikan air dan minyak. Seperti kita ketahui bahwa keduanya tidak pernah menyatu. Dibalik perasaan itu, ada satu realita hidup. Perlu disadari bahwa hal yang paling disuka bisa menjadi hal yang paling di benci. Begitupun sebaliknya. Aku tak menyadari bahwa ada hal-hal yang perlu dipahami lebih dalam.
Aku suka hujan karena kesejukannya. Padahal, dibalik kesejukannya itu kita mampu berlama-lama dan enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Sehingga pada saat hujan kita malas untuk melakukan aktivitas. Kita hanya bisa menikmati dan terlena akan kesejukan tersebut. Dan kita menjadi orang yang tertinggal jauh di belakang. Saat semua orang di luar sana telah menciptakan hal-hal baru. Kita hanya mampu menunggu di dalam rumah karena hujan tak kunjung reda. Karena hujan, kita menjadi orang yang super cengeng. Saat hujan turun dengan derasnya, kondisi tersebut mampu menghantar kita pada suasana sedu dan melow. Kita terbawa perasaan dan muncullah kenangan-kenangan menyakitkan yang membawa kita menjelajahi masa lalu. Selain itu, Saat hujan dengan petir menggelegar, kita takut untuk ke luar rumah dan memilih mengumpat di di bawah selimut.
Disamping itu, kita tak tahu betapa baiknya matahari. Aku benci panasnya. padahal di balik sinar yang menyengat kulit tersebut membuat kita mengawali hari baru. Sinar tersebut mampu membuat kita terjaga di saat melakukan aktivitas di kampus ataupun di kantor sehingga mata sulit sekali untu terpejam. Pada saat mata sulit terpejam, kita akan lebih berkonsentrasi mendengarkan segala sesuatau yang ada disekitar kita. Sinarnya akan menghangatkan dan membuat suhu tubuh kita tetap stabil. Dengan sinarnya tumbuhan mampu melakukan fotosintesis sehingga tumbuhan tersebut mampu menjadi besar dan kuat.
Disini aku mengibaratkan matahari dan hujan seperti seorang guru. Saat seorang murid di ajar oleh seorang guru yang yang perawakannya hangat, ramah, terang, dan murah senyum seperti matahari. Maka sang murid akan merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang dinamakan motivasi. Saat motivasi telah muncul, maka dia mampu belajar dengan kemauan diri sendiri. Sesuatu yang dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan akan membawa kepada hal-hal yang bersifat tidak sementara dan berlangsung lama. Sedangkan seorang guru yang memiliki wajah murung, teduh, dingin, dan menampakan wajah kesedihan seperti hujan dan suka marah seperti gemuruh petir akan membuat anak kehilangan semangat belajar. Seperti yang kita ketahui saat hujan dengan sambaran petir yang bertubi-tubi mampu membuat individu enggan untuk keluar rumah karena takut dengan suara dan kilatnya. Sama halnya dengan seorang murid, Apabila dari awal ia telah di cap sebagai anak bodoh dan tidak diberi kesempatan, makantidak akan timbul motivasi dalam dirinya, sehingga kemauan belajarnya minim. Dan belajar merupakan sebuah beban yang akhirnya membuat anak merasa tertekan. Perasaan tertekan akan membuat sang murid melakukan tindakan terpaksa. Ujung-ujungnya hal tersebut hanya berlangsung singkat. Sang murid akan malas lagi untuk belajar.
Dari dua kondisi tersebut kita dapat melihat kekurangan dan kelebihan dari yang terbaik. Namun, dibalik itu semua aku tetap menyukai hujan. Tetapi jika dihadapkan pada sebuah pilihan antara hujan dan matahari, maka aku akan lebih memilih matahari untuk sekarang dan seterusnya. Karena matahari yang muncul setelah hujan akan menciptakan rangkaian warna pelangi me ji ku hi bi ni u ..
Aku suka hujan karena kesejukannya. Padahal, dibalik kesejukannya itu kita mampu berlama-lama dan enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Sehingga pada saat hujan kita malas untuk melakukan aktivitas. Kita hanya bisa menikmati dan terlena akan kesejukan tersebut. Dan kita menjadi orang yang tertinggal jauh di belakang. Saat semua orang di luar sana telah menciptakan hal-hal baru. Kita hanya mampu menunggu di dalam rumah karena hujan tak kunjung reda. Karena hujan, kita menjadi orang yang super cengeng. Saat hujan turun dengan derasnya, kondisi tersebut mampu menghantar kita pada suasana sedu dan melow. Kita terbawa perasaan dan muncullah kenangan-kenangan menyakitkan yang membawa kita menjelajahi masa lalu. Selain itu, Saat hujan dengan petir menggelegar, kita takut untuk ke luar rumah dan memilih mengumpat di di bawah selimut.
Disamping itu, kita tak tahu betapa baiknya matahari. Aku benci panasnya. padahal di balik sinar yang menyengat kulit tersebut membuat kita mengawali hari baru. Sinar tersebut mampu membuat kita terjaga di saat melakukan aktivitas di kampus ataupun di kantor sehingga mata sulit sekali untu terpejam. Pada saat mata sulit terpejam, kita akan lebih berkonsentrasi mendengarkan segala sesuatau yang ada disekitar kita. Sinarnya akan menghangatkan dan membuat suhu tubuh kita tetap stabil. Dengan sinarnya tumbuhan mampu melakukan fotosintesis sehingga tumbuhan tersebut mampu menjadi besar dan kuat.
Disini aku mengibaratkan matahari dan hujan seperti seorang guru. Saat seorang murid di ajar oleh seorang guru yang yang perawakannya hangat, ramah, terang, dan murah senyum seperti matahari. Maka sang murid akan merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang dinamakan motivasi. Saat motivasi telah muncul, maka dia mampu belajar dengan kemauan diri sendiri. Sesuatu yang dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan akan membawa kepada hal-hal yang bersifat tidak sementara dan berlangsung lama. Sedangkan seorang guru yang memiliki wajah murung, teduh, dingin, dan menampakan wajah kesedihan seperti hujan dan suka marah seperti gemuruh petir akan membuat anak kehilangan semangat belajar. Seperti yang kita ketahui saat hujan dengan sambaran petir yang bertubi-tubi mampu membuat individu enggan untuk keluar rumah karena takut dengan suara dan kilatnya. Sama halnya dengan seorang murid, Apabila dari awal ia telah di cap sebagai anak bodoh dan tidak diberi kesempatan, makantidak akan timbul motivasi dalam dirinya, sehingga kemauan belajarnya minim. Dan belajar merupakan sebuah beban yang akhirnya membuat anak merasa tertekan. Perasaan tertekan akan membuat sang murid melakukan tindakan terpaksa. Ujung-ujungnya hal tersebut hanya berlangsung singkat. Sang murid akan malas lagi untuk belajar.
Dari dua kondisi tersebut kita dapat melihat kekurangan dan kelebihan dari yang terbaik. Namun, dibalik itu semua aku tetap menyukai hujan. Tetapi jika dihadapkan pada sebuah pilihan antara hujan dan matahari, maka aku akan lebih memilih matahari untuk sekarang dan seterusnya. Karena matahari yang muncul setelah hujan akan menciptakan rangkaian warna pelangi me ji ku hi bi ni u ..
wedew, jarang bgd nih ada yg bisa ngeliat sedalem itu..
BalasHapuspada awalnya kita hanya memandang apa yg kita ANGGAP baik utk kita dan sll berharap agar mendapatkan keberuntungan itu seterusnya, sambil terus menerus mengutuki apa yg kita ANGGAP buruk bwt kita seraya berharap smoga kita dihindarkan dari hal tsb.
tapi tahu gak kl kita gak bisa terus2n ngarepin apa yg kita ANGGAP baik itu bwt terus meliputi kita dan berharap yg jelek2 jauh2 dari kita? knp bgtu??
dalam hal ini, anggaplah kita suka hujan krn ksejukannya dan kita tidak suka matahari krn panas terik yg ia ciptakan. tapi coba deh, sesuka2nya kita sama hujan, masa iya ngarepin ujan terus (jgan2 lo lagi yg bikin jakarta jd sarang banjir?? wkkk)
disinilah kita perlu yg namanya keseimbangan. kita perlu utk diliputi sama hal2 baik dan menyenangkan, tapi kita juga perlu utk merasakan taste yg gak ngenakin. supaya kita bisa ambil pelajaran dari tiap detik yang bergulir ninggaling kita. pelajaran yg bakal bikin kita sadar, mendewasakan.
tapi eniwei, gw suka me ji ku hi bi ni u nya..
hehehehe
yoyoiii kak, keseimbangan itu memang sangat penting. Senang-sedih adalah sebuah perjalanan dalam hidup. semoga keduanya bisa sejalan dengan apa adanya. amin..
BalasHapusbetewei, thx ya komennyaa...hehe