Selasa, 23 Februari 2010

Lihatlah Lebih Dekat

Belakangan ini, banyak hal yang membuatku terharu. Perasaan terharu itu dimunculkan oleh orang-orang terdekat seperti mama, papa, dinda my lovely sista, dan arif my cute brother. Mereka adalah orang-orang yang paling dekat yang aku sebut sebagai keluarga. Sebelumnya, aku menganggap mereka sangat biasa. Mama yang selalu berangkat pagi pulang sore, bahkan bisa lembur sampai malam, papa yang diam dan cuek, jarang sekali berbagi cerita dan pengalaman denganku, Dinda adik perempuan yang paling sering di ajak curhat, namun belakangan ini dia sangat sibuk dengan urusan Ujian Akhir Nasionalnya, dan terakhir, arif my little brother yang selalu galak sama siapa saja dan gila games online.

Kadang, keluarga merupakan orang terdekat namun juga bisa menjadi orang yang sangat jauh. contohnya saja, aku merasa nyaman berbagi cerita dengan teman-teman dibandingkan berdiskusi dengan orangtua sendiri. Karena kadang mereka tak pernah menanggapi, sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi aku sempat menganggap teman-teman adalah keluarga keduaku. Saking dekatnya dengan teman-teman, aku sempat melupakan nasihat mama untuk tidak pulang malam, pernah mengacuhkan perintah papa untuk menjadi pribadi yang berani dan mandiri, dan menjadi sosok kakak yang kurang teladan di mata adik-adikku. Kadang aku tak menyadari hal tersebut. Hal kecil, namun bisa menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Aku sering menomor satukan kepentinganku dengan teman-teman, sampai saat diminta untuk kumpul keluarga aku enggan datang. Sampai suatu ketika, tepatnya beberapa hari yang lalu saat sedang berbagi cerita dengan seorang sahabat, aku menyadari bahwa diri ini sudah salah jalan.

Sahabatku menceritakan seorang temannya yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Saat melahirkan tersebut, teman sahabatku bercerita bahwa sulit sekali untuk mengeluarkan seorang bayi dari dalam perutnya. Perlu tenaga besar untuk bisa mengejan agar kepala bayi terdorong keluar. Sampai pada akhirnya, ia harus merasakan jarum jahit menusuk vaginanya karena sobek saat mengeluarkan bayi (bukan bermaksud untuk porno, namun ini merupakan bahasa kedokteran). Pada saat itu, aku merasakan ngilu yang luar biasa, bagaimana jika teman sahabatku itu adalah diriku sendiri. Tiba-tiba aku mengingat mama. Ya Allah ternyata pengorbanan beliau sungguh besar, beliau adalah mahluk yang paling mulia. Walaupun mataku tak menteskan airmata, namun hati ini sempat teriris. Begitu mudahnya aku mengucapkan "Akh..." padanya saat dia menyuruh melakukan sesuatu. Tak sadarkah aku begitu besar perngorbanannya, mengandungku sembilan bulan lamanya, berusaha sekuat tenaga melahirkanku hingga bisa dibilang dalam kondisi antara hidup dan mati, membesarkan dan merawatku hingga sebesar ini. Begitu mudahnya aku menyakiti perasaan beliau dengan ucapan kasar yang terlontar dari mulut yang pernah ia suapi ini. Allah, sungguh berdosanya diriku. Sungguh aku mahluk yang paling jahat! Naudzubillah ...

Sepulang dari rumah sahabat, aku pulang ke rumah. Aku mendapati rumah dalam keadaan sepi. Aku masuk ke dalam kamar. Saat aku hampir memejamkan mata, arif mengetok pintu kamar seraya berteriak memanggil namaku. Aku sempat kesal, baru saja ingin tidur, ganggu aja, gerutuku saat itu. Ternyata, dia hanya ingin menawarkan gorengan. Dia hanya ingin membagi gorengan yang ia beli dengan uang jajannya sendiri. Ya Allah betapa perhatiannya adik kecilku ini. Katanya, "mbak mau yang mana? tempe apa ubi? atau cireng?". Walaupun hanya sebuah gorengan, namun dia menunjukkan bahwa ia mengingatku, ia ingin membagi sesuatu itu padaku. Padahal, aku menganggapnya orang yang paling nyebelin dan suka marah-marah, suka bertemperamental tinggi. Ternyata di satu sisi, ia memiliki sifat yang tak kusadari. Aku keluar dari kamar dan menemaninya nonton TV.

Dinda akhirnya pulang dari sekolah. Dia terlihat lelah dan capek. Setiap hari ia harus melaksanakan try out untuk menghadapi ujian nasional nanti. Tapi masih sempatnya ia menanyakan keadaanku hari ini. Padahal aku tak pernah menanyakan kabarnya, aku tak pernah tahu perasaannya, aku tak pernah sadar betapa kesalnya dia saat dia butuh dukungan, aku lebih sering mengabaikannya. Aku ini egois sekali sebagai kakak.

Papa, membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah. Sebelumnya ,dia mendapat kabar bahwa hasil test urinnya menunjukkan bahwa ginjalnya infeksi. Tapi dia tak menunjukkan bahwa dirinya sakit, sampai aku tahu hal tersebut dari hasil test urinnya yang tergeletak dimeja makan.

Sungguh, aku butuh mengenal mereka lebih dekat. Seperti penggalan lagu sherina munaf yang berbunyi ..

"Janganlah sedih,
janganlah resah,
jangan berlalu cepat berprasangka ..
janganlah gundah,
janganlah resah lihat segalanya lebih dekat,
dan kau bisa menilai lebih bijaksana ... "

aku butuh Lihat segalanya lebih dekat, untuk bisa mengerti kondisi tidak hanya dari satu sisi.

:) semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan bagi teman-teman, khususnya untuk dirku sendiri..
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah mampir di blog saya :)