Kamis, 18 Februari 2010

Ladyna (part 5)

Aku, kamu, Raden, Oki, Mayang, Siska, Dan kusnandar belajar bareng hari ini di rumah Toni. Tante Mirna (mama Toni) sibuk banget menyiapkan hidangan dan cemilan untuk mengganjal perut kita berdelapan. Khusus untuk Oki yang badannya paling besar kayak gentong, Tante Mirna menyediakan 1 porsi besar untuknya (hehehe, gak deng becanda). Porsi makan kita berdelapan tetap sama kok, sama-sama rakus kalo sudah menyangkut soal makanan.

Jadwal belajar hari ialah fisika. Karena sudah mendekati ujian nasional. Kami membuat kelompok belajar sendiri. Hal ini dilakukan seara sukarela. Dipersilahkan untuk siapa saja yang ingin ikut. Untuk mata pelajaran yang satu ini, Oki jagonya. Dia mengajari kami untuk memahami fisika yang penuh dengan konsep hitungan. 1 1/2 jam belajar, membuat otakku seperti di guncang-guncang. Aku memastikan, pasti didalamnya acak-acakkan.

Selama satu 1 1/2 jam mengotak-atik soal fisika, kamu keliahatan jenuh. Matamu sayu, seperti kurang tidur. Aku sedikit khawatir dengan keadaanmu. Sesekali kamu melirik ke arahku, namun tak terdengar suara sapamu padaku. Aku bingung ingin menyapamu bagaimana. Jika dihadapanmu aku kikuk. Tubuhku seakan panas dingin. Dan jantungku..... What is feel?? seperti orang yang disuruh maju tiba-tiba untuk diminta berpidato. Detaknya cepat sekali.

Beda halnya denganmu. Karaktermu santai, jahil, dan humoris. Jarang sekali kamu menunjukkan wajah kesal ataupun sedih dihadapanku dan teman-teman yang lain. Tapi kali ini kamu berbeda, aku bisa merasakan perbedaan moodmu hari ini.

Aku izin ke kamar mandi dengan Toni. Saat aku selesai dari kamar mandi, kamu sudah bersender pada tembok dapur depan kamar mandi.

"Mao pipis juga Ta?" Tanyaku polos.

"Hahaha, enggak! mastiin aja elo gak nyasar ke kamar mandinya." Ledekmu.

"Emang aku anak kecil apah, pake acara di ikutin!" Jawabku ketus padamu.

Walaupun kamu melemparkan candaan lucu, namun aku bisa melihat sorot matamu. Seperti ada yang ingin kamu katakan padaku. Ada yang ingin kamu ceritakan. Kamu seperti menahan beban berat, mungkin sudah mencapai stadium empat dan hampir meledak.

"Ta, kalo ada yang pengen diceritain, curhatin aja! aku siap kok jadi pendengar yang baik!Aku kan temen kamu.." Tanyaku pelan penuh kehatian-hatian agar kamu tak menyangka hal aneh padaku.

Kamu diam.

"Lebih dari sekedar temen, bisa???"

"Maksudmu??" Tanyaku penasaran, aku tak paham maksud pertanyaanmu.

Inikah yang namanya sebuah pernyataan.

"Udah tau kelanjutan lirik yang gue nyanyiin dikelas?" Kamu mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain.

"Belom." Jawabku singkat.

"Yaudah elo cari tahu aja dulu!"

Dasar orang aneh! gerutuku dalam hati. Belum pernah aku mengenal orang aneh sepertimu. Orang yang sulit di tebak, tetapi hal itulah yang membedakan kamu dengan teman-temanku yang lain. Kamu beda Asta. Kamu membalikkan badan dan jalan menuju ruang tamu dimana anak-anak yang lain berkumpul, disusul olehku. Saat kamu dan aku jalan bersama dari dapur, semuanya menyoraki.

"Ciyeeeeeeeeeeee...." Ledek kusnandar, Mayang , dan Raden berbarengan.

Aku hanya tersipu malu. Dan kamu memasang tampang cool. Aku duduk dan membuka lembaran soal kembali. Percakanmu dan aku tadi, membuat aku tidak konsentrasi. Berulang kali aku melihat dan coba menghitung soal-soal itu, namun yang aku ingat hanya pertanyaanmu.

Lebih dari sekedar temen, bisa?

Kamu kembali ceria. Kelihatan saat kamu mulai menjahili Siska dan Mayang yang sedari tadi kerjaannya hanya sibuk membuka majalah-majalah fashion yang baru dibelinya di tukang koran depan komplek perumahan Toni. Oki dan Toni serius mengerjakan soal fisika sambil berdiskusi berdua, mencoba menyatukan perbedaan argumen diantara keduannya. Kusnandar dan Raden tiba-tiba mendadak latah dengan ikut menggoda Siska dan Mayang. Dan Aku, masih berkutit dengan pertanyaanmu tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah mampir di blog saya :)